Oleh : Surya
Suwara
Mahasiswa Prodi
Perbankan Syari’ah-FAI Semester VI, Ketua Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)
SCiBe Universitas Muhammadiyah Tangerang
Dan Penulis Juga Merupakan Karyawan
Swasta
Mahasiswa Perbankan Syari'ah UMT |
Pekerja menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti
orang yang bekerja ataupun orang yang menerima upah atas hasil kerjanya. Makna itqan
merupakan salah poin yang sangat perlu
ditanamkan dalam etos kerja seorang muslim,
secara literal itqan sendiri mempunyai
arti kemantapan dan perfectness (Hafidhuddin
dan Hendri Tanjung: 2003), dalam definisnya Didin Hafidhudin (2011) pada sebuah artikel berjudul
“Ihsan dan Itqan-lah dalam Mengemban Tugas” Memberi definisi
bahwa itqan adalah kesungguhan dan kemantapan dalam melaksanakan suatu
tugas, sehingga dikerjakannya secara maksimal, tidak asal-asalan, sampai dengan
pekerjaan tersebut tuntas dan selesai dengan baik.
Tangerang raya sebagai salah satu daerah penyangga ibu kota Jakarta memiliki ciri khas sebagai kota seribu jasa dan industri, tidak menafikan bahwa roda bisnis jasa dan industri ini membawa background sendiri bagi tipe mahasiswa yang ada di Tangerang, selain adanya mahasiswa yang pure mahasiwa ada juga tipe mahasiswa pekerja/bekerja. Menurut Baehaqi dalam artikel yang berjudul “Studi Skill Bagi Mahasiswa” menyebutkan bahwa di Tangerang sendiri hampir sekitar 60%-75% mahasiswa melakukan aktivitasnya sambil bekerja bahkan mengurus rumah tangga.
Banyak hal yang melatarbelakangi kenapa menjadi mahasiswa pekerja, menurut hemat penulis salah satu faktor nya dari segi ekonomi sendiri, bisa dibilang sebagai mahasiswa berdikari (berdiri dengan kaki sendiri) yakni mahasiwa yang membiayai biaya perkuliahan dengan hasil usaha atas keringat sendiri. Ada apresiasi yang harus diberikan kepada mahasiwa pekerja ditengah kesibukan menjalankan aktivitas kerja yang hampir bisa memakan waktu kurang lebih 8 jam perhari tetapi masih mempunyai motivasi yang tinggi untuk menuntut ilmu dibangku perkuliahan.
Ada dua hal yang memang harus menjadi pertanggung jawaban sebagai mahasiswa tipe ini, yang pertama karena bersatus sebagai pekerja baik sebagai karyawan swasta atau lainnya maka tanggung jawabnya terhadap pekerjaan itu sendiri di tempat ia bekerja baik dalam sebuah perusahaan/instansi lainnya, Artinya nilai itqan harus tetap dipupuk saat mahasiswa bekerja dan statusnya sebagai mahasiswa nya tidak menjadi alasan bermalas-malasan atau tidak semangat menjalakan aktivitas bekerja, misalkan dengan alasan kelelahan, tidak mencapianya target yang ditentukan ataupun sebagainya. Adapun yang kedua pertanggung jawaban sebagai mahasiswa sendiri, baik secara intern didalam kampus yakni dari segi absensi, tugas tugas dan knowledge (pengetahuan) yang dimiliki, secara ektern status mahasiwa di lingkungan masyarakat harus menempatkan diri sebagai pribadi yang visioner dan peka terhadap masalah sosial. Begitupun sebaliknya alasan bekerja tidak boleh menjadi alasan bermalas-malasan menjadi seorang mahasiswa karena mahasiswa sendiri mepunyai tugas dan fungsi yang jelas.
MANAJEMEN DAN KOMITMEN
Dalam proses belajar setiap mahasiswa dituntut untuk mendapatkan hasil yang cukup memuaskan yang di buktikan dengan IP (Indeks Prestasi) maupun IPK (Indeks Prestasi Kamulatif), karena pada dasarnya setiap lulusan sarjana sebuah perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi insan yang lebih berkualitas baik dari segi skiil atau kemampuan maupun knowledge (pengetahuan). Menurut Slameto yang dikutip (Widya: 2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Hubungan antara kepuasan kerja dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa yang bekerja paruh waktu” menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi pengukuran prestasi akademik, yakni: faktor internal, yaitu faktor yang timbul dalam diri sendiri meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan manajemen waktu. Adapun faktor lainnya yaitu faktor eksternal, faktor yang sifatnya dari mahasiswa meliputi keadaan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
Mengambil poin manajemen waktu, sebenarnya dari diri pribadi
mahasiswa sendiri telah memilih untuk mengatur/menyesuaikan waktu antara kuliah
dan kerja, sehingga ada beberapa pilihan dari keikutsertaan dalam perkuliahan
yakni mengikuti kuliah kelas malam, kuliah shift ataupun kuliah weakend. Aktivitas Kuliah,
kerja, kuliah, kerja yang rutin dilakukan tersebut tentunya tidak hanya dimaknai sebagai rutinitas yang
berulang yang akhirnya mengabaikan apa yang sebenarnya harus di miliki seorang
mahasiswa seperti yang telah dijelaskan diatas.
Inti Itqan atau kesungguhan mahasiwa tersebut perlu diikhtirakan
oleh pribadi mahasiswa dalam segala keterbatasan waktu yang ada, hal terdekat
dari proses manajemen tersebut adalah mengevalusi sejauh mana mengefektifkan
waktu diluar bekerja dan kuliah untuk mendukung kecakapan skill dan knowledge.
Contoh sederhana setelah dievaluasi ternyata waktu yang banyak terbuang
yakni seringnya aktif dimedia sosial dan terlu lamanya nongkrong, maka
hal yang perlu dilakukan adalah dengan megurangi dan menggantinya dengan membaca
literatur-literatur pendukung skill dan pengetahuan seorang mahasiswa. Pengefektifkan
waktu yang ada selanjutnya yakni
mengganti aktivitas nongkrong yang tidak hanya bersenda gurau tetapi
ditambah dengan bertukar pikiran mengkaji ilmu pengetahuan, maka hal inilah
yang ini bisa dimaknai sebagai belajar bersama, bahkan bisa lebih jauh
mengikuti organisasi-organisasi ataupun perkumpulan mahasiswa yang didalamnya
mempunyai kegiatan kajian keilmuan.
Ada analisa S-W-O-T (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Dan Threats) pada diri sendiri
merupakan salah satu hal yang perlu karena disitulah segala poin baik kekuatan
diri, kelemahan, peluang dan anacaman dapat tergambarkan. Contoh nya pada hal
yang menyangkut kelemahan, seringnya menjadi pribadi pelupa, maka untuk menghindari
lupa tersebut dengan menyiapkan catatan-catatan kecil, terlebih didalam proses
belajar dengan dosen, membaca buku dan dalam mengikuti seminar-seminar/workshop,
dan memang sebagai seorang
mahasiswa yang bekerja akan menemukan
ketidak maksiamlan daya serap dalam
menerima informasi pembelajaran dikaranakan ketidakprimaan kondisi badan
setelah melakukan aktivitas bekerja. “Ilmu adalah hewan buruan, dan menulis adalah
ikatannya. Ikatlah buruan kamu – yakni ilmu” (Imam Syafi’i)
Hal, yang terpenting adalah tidak meninggalkan dimensi
Spiritualitas baik dalam bekerja maupun belajar sebagai mahasiswa, maka kembali
kepada inti sebuah amal/perbuataan adalah niat. Dengan niat yang baik
semata-mata karena Allah, maka aktivitas sebuah pekerjaan dan belajar akan bernilai ibadah. Dari dimensi ini akan
menimbulkan pribadi yang bertanggung jawab. Maka untuk menggali nilai tersebut
sebagai insan-insan akademis seharusnya juga kita mentadaburi firman-firman
Allah SWT dan Al Hadist Nabi SAW baik kaitannya dengan keutamaaan bekerja dan
keutamaaan menuntut ilmu.
Tidak ada yang salah menjadi mahasiswa pekerja yang paling penting
bagaimana memposisikan pribadi yang itqan
untuk mencapai nilai paripurna dalam menunaikan setiap amanah pekerjaan dan memikul status dan peran
mahasiswa. Semoga ditengah keterbatasan tidak mengikikis nilai keteladanan atas
dua peran yang diemban.
*Tulisan ini pernah di publish di : www.islampos.com dan fossei.org (https://fossei.org/2017/05/05/nilai-itqan-mahasiswa-pekerja/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar